Setelah sebulan kita melaksanakan ibadah puasa, maka sejak fajar tadi pagi kita telah berpisah dengan bulan Ramadhan. Kita belum tahu apakah kita masih bertemu dengan Ramadhan tahun mendatang, Yang pasti hari ini kita berada di Hari Idul Fitri 1443 H/2022 M, yakni Hari yang suci, yang penuh barokah dan ampunan.
Dikatakan suci karena hari ini kita telah berada dalam suasana ampunan Allah, suci dari noda dosa. Kendati itu semua sangat tergantung kepada tingkat keikhlasan amal perbuatan kita kepada Allah selama Ramadhan.
Sebulan lamanya kaum muslimin menahan lapar dan dahaga, bukan sebab ketiadaan makanan dan minuman, akan tetapi memenuhi perintah Allah SWT. Melalui ibadah puasa kaum muslimin menjalani latihan mental, untuk menguasai, mampu dan mengenal diri, dan mampu mengendalikan dan menahan diri dari tipu daya syaithoniyah. Kita melatih diri untuk mampu meninggalkan semua hal yang dapat merusak tatanan pergaulan masyarakat harmoni dan juga sebagai kesempatan untuk meningkatkan taqwa dan tafakkur kepada Dzat Yang Maha Besar. Tegasnya dalam bulan puasa itulah peluang yang sangat istimewa bagi kaum muslimin untuk berusaha meningkatkan dirinya menjadi insan muttaqien. Justru amat merugikan mereka yang tidak berkesempatan menjalankan ibadah puasa, meskipun secara fisik ia bisa melakukannya.
Di hari yang suci dan fitrah ini marilah kita saling menebar maaf, karena memberi dan meminta maaf adalah sikap yang dianjurkan oleh Allah SWT. Sebab dengan begitu, sikap dendam dan rasa marah dapat dinetralisir oleh masing-masing individu. Memang diakui bahwa tidak semua dendam dan marah itu timbul akibat seseorang enggan memberi dan meminta maaf, tetapi yang jelas sifat enggan memberi dan meminta maaf dapat menimbulkan dendam dan marah seseorang. Selain itu sikap mudah memberi dan meminta maaf merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa. Karenanya orang yang suka memberi dan meminta maaf sebagai pertanda seseorang memiliki nilai kepribadian dan ketaqwaan sangat luhur.
Firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran (3) ayat 133-134 yang artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133). (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orangorang yang berbuat kebajikan (134)” (Q.S. Ali Imran (3): 133-134).
Itulah sebabnya, sikap seperti itu melekat pada diri para Nabi dan Rasul Allah, para sahabat utama Nabi Muhammad SAW, para ahli sufi dan orang-orang yang saleh. Sayyidina Ali RA pernah berkata: “bahwa meminta maaf adalah perbuatan yang paling mulia, sedangkan memberi maaf lebih mulia dimata Allah”.
Sikap pemaaf Rasulullah SAW, juga diteladani oleh para sahabatnya dan orang-orang saleh dalam hal sikap pemaaf.
“Maaf” adalah kata yang terdiri dari empat huruf, namun memiliki makna yang luar biasa dalam kehidupan. Kata inilah yang bisa menghapus dendam, sakit hati, pertengkaran, dan semua hal yang berhubungan dengan hati. Dengan meminta maaf atau memaafkan, berarti kita telah menang. Menang disini dalam arti menang melawan hawa nafsu. Seperti yang kita tahu bahwa kemenangan tersebut bisa menghadirkan rasa damai atas diri kedua belah pihak yang berseteru.
Bisa kita bayangkan, bagaimana kehidupan ini bisa berjalan baik jika semua orang berada dalam perselisihan, dendam, ataupun amarah yang tak berkesudahan? Tentu sangat tidak nyaman. Sudah saatnya kita berpikir jernih. Hidup ini sangatlah singkat, jadi tidak seharusnya kita mengisinya dengan dendam dan kebencian pada orang lain. Masih banyak hal-hal positif yang bisa kita lakukan selain memikirkan orang yang sudah menzalimi kita.
Sebagian orang mengatakan bahwa meminta maaf/memaafkan tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena butuh kesadaran dan keberanian yang tinggi untuk engucapkannya. Namun, dengan kesungguhan dan ketulusan hati, Insya Allah kita bisa mengucapkannya dengan mudah.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain? Pertama, pikirkan orang-orang yang menzalimi, menghina, melecehkan, menyakiti, bahkan menghancurkan masa depan kita. Kedua, tanamkan dalam hati kita, bahwa, “Aku sudah memaafkanmu karena Allah, semoga Allah juga mengampuni dosa-dosaku.” Ketiga, katakan berulang-ulang, kalau perlu katakan dengan penuh penghayatan hingga akhirnya dendam dan sakit hati akan menghilang dengan sendirinya.
Kenapa harus menempatkan Allah sebagai tujuan utama kita dalam memaafkan? Karena di dunia ini, tidak akan ada yang lebih berharga dari pengampunan-Nya. Selain itu, dengan memaafkan, kita berharap Allah menempatkan kita pada tempat yang terbaik di dunia maupun di akhirat.
Sudah saatnya kita menyadari bahwa hakikat memaafkan adalah untuk kebaikan diri kita sendiri, bukan untuk kebaikan mereka. Serahkan semuanya kepada Allah, jika memang mereka melakukan kezaliman tersebut, biarkan Allah yang akan membalasnya. Jangan biarkan hidup kita disibukkan dengan hal-hal yang penuh dengan kesia-siaan urusan dunia yang tidak ada manfaatnya, dan jangan lagi memberatkan hati kita dengan memikirkan cara-cara untuk membalas dendam. Oleh karena itu, lepaskanlah rasa marah, dendam, dan benci. Biarkan dada kita lega dan lapang tanpa beban. Mari kita tebar sikap memaafkan dan mengutamakan kebersamaan.
Pada dasarnya, manusia diciptakan tidak untuk saling bertikai, melainkan untuk mengabdi kepada Allah SWT dan menjalani hidup sesuai dengan petunjuk-Nya. Sudah semestinya kita menerapkan Al-Qur’an dan AS-Sunnah sebagai prinsip utama dalam menentukan sebuah kebijakan dan sebagai petunjuk dalam menghadapi segala permasalahan di dunia.
Seperti yang kita tahu bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah sudah teruji mewujudkan peradaban manusia yang mulia dan memberikan teladan baik dalam menghadapi orang-orang yang berlaku zalim. Bahkan, Al-Qur’an sudah terbukti mengajarkan manusia agar memiliki sifat saling mencintai, memaafkan, dan selalu menciptakan perdamaian.
0 Response to "SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI, MOHON MAAF LAHIR & BATIN TERBARU"
Posting Komentar